Akhir-akhir ini energi kebangsaan kita terkuras oleh wacana intoleransi dan Kebhinnekaan serta peristiwa yang berkaitan dengan hal itu, terbukti dengan adanya pihak-pihak tertentu yang secara langsung menjelek-jelekkan pihak yang lain, alih-alih atas nama agama dan perbedaan suku. Hal ini dibuktikan dengan adanya peristiwa yang dikenal dengan Aksi 411, 212, serta Festival Bhinneka Tunggal Ika, yang saya rasa, aksi-aksi itu disebabkan karena gagal pahamnya sebagian masyarakat terhadap makna kebhinnekaan itu.
Berkisar Rentang Waktu 4 Bulan dari bulan November 2016 sampai Februari 2017 perihal Intoleransi dan Kebhinekaan menjadi sebuah pembicaraan yang trendy bagi kalangan Politisi, Kyai, Ustadz, Youtuber, Intelektualis, bahkan Artis pun tidak mau ketinggalan untuk terus memberikan ide dan gagasan pokoknya tentang Kebhinekaan ini, Kebhinekaan terus disinggung dan jadi sebuah topik yang sangat hangat, Televisi secara langsung seakan-akan menjadi ladang bagi Para Pakar dan Makar untuk menjadi sebuah lahan mereka berbicara menyampaikan Pendapat-pendapatnya.
Jika kita telisik lebih jauh, Kebhinekaan sebenarnya perlu kita singgung dari dulu, karena memang Kebhinekaan sudah menjadi dasar Falsafah bagi Negara kita, yakni NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sebuah negara yang memang harus memiliki Masyarakat yang bisa menghargai satu sama lain, jika Kebhinekaan Itu menjadi sebuah SUB-BAB, mungkin pasalnya adalah Individu, Suku, Agama, Ras, dan Etnis. namun di zaman modern ini, pasal itu sepertinya harus bertambah, yakni, Supporter Bola, karena memang di zaman ini, Indonesia telah menjadi sebuah Negara dengan persentase Gibol (Gila Bola) yang sangat tinggi.
Ada yang menarik jika kata Sepakbola dimasukkan ke dalam tulisan ini, tulisan yang menurut saya yang pembahasannya lebih mengarah kepada Kebhinekaan coba kita elaborasikan bersama kedua kata tersebut. Sepakbola dan Kebhinekaan. jika kedua kata tersebut di gabung, dalam fikiran saya langsung mengarah kepada, nama-nama supporter klub Sepakbola Indonesia yang sekarang katanya bersahabat, Taretan Mania - Kaconk Mania, Trunojoyo Mania - Peccot Mania - Bonek Mania - Balistik Mania - Pusam Mania, Viking - The Jak Mania - Aremania Dll. namun sayangnya ada supporter sepakbola klub Indonesia yang masih belum bersahabat jika bertemu namun Insya Allah kedepannya mereka akan bersahabat seperti Bonek Mania (Persebaya Surabaya) dan Aremania (Arema FC), dua Supporter terbesar di Indonesia menurut pemahaman Saya. namun menariknya Kedua Supporter Ini, menjadi Supporter yang persahabatannya paling menonjol saat Timnas Indonesia bermain. Syal bertuliskan Arema Malang Dan Persebaya Surabaya menjadi syal yang terbentang di mana-mana, bahkan Menariknya lagi "BONEK-AREMA bersatu Untuk INDONESIA" sebuah spanduk yang pernah saya temukan di dalam beberapa pertandingan Timnas Indonesia.
Inilah Kebhinekaan masa kini yang harus dipertahankan oleh Bangsa Indonesia, Kebhinekaan yang perlu menjadi salah satu titik ukur perdamaian bangsa. Terbukti Kasus intoleransi yang belakangan ini terjadi menjadi sebuah kasus yang tiba-tiba menghilang ditelan sebuah ajang kejuaraan asia tenggara yang dinamakan ASIAN GAMES 2017, Pembuktiannya adalah pertandingan Semi Final Sea Games 2017 di Stadion Shah Alam, Malasya, Pertandingan antara Indonesia dan Malaysia yang berakhir dengan kemenangan Malaysia dengan skor 1-0, menjadi sebuah kekecewaan bagi seluruh kalangan masyarakat Indonesia, entah itu kalangan yang berbeda Suku, Agama, Ras, Etnis ataupun Supporter klub sepakbola yang berbeda seperti yang saya singgung diatas. ya, Intinya di Zaman ini, Federasi persebakbolaan Indonesia (PSSI), harus melakukan sebuah rekonstruksi di segala lini persepakbolaan Indonesia, karena jika kita singgung kembali, Persebakbolaan sudah masuk ke dalam bingkai "Kebhinekaan"
#VCC
#BhinnekaSepakbola
Komentar
Posting Komentar